Jumat, 21 Mei 2010

tentang hidup

Tentang hidup

Satu tulisan sederhana tentang hidup untukku..

Tiwi bilang hidup itu perjuangan.
a Salman bilang hidup itu proses menuju kesempurnaan.
dan aku bilang hidup itu tak lebih dari skenario tak berjudul.

Hidup itu bukanlah sebuah treatment untuk sebuah film seperti yang diucapkan Pak Akbar di kelas-kelasnya, tapi hidup itu sinopsis dari sebuah sinetron. Yah anggap saja begitu, inilah sandiwara dunia.
Dalam sinopsis itu tak ada klimaks, juga tak ada akhir yang jelas yang diceritakan di dalamnya.
Kita harus mencarinya, menentukan setiap langkah yang akan kita tempuh di setiap persimpangan jalan yang kita temui, kita tak akan pernah tahu apakah jalan yang kita ambil itu salah, karena apa? karena kita tidak pernah tahu ada apa di ujung jalan tersebut, dan terkadang kita baru menyadari telah mengambil jalan yang salah justru di pertengahan perjalanan. Disaat kita merasa tak mampu lagi meneruskan perjalanan, dan juga masih diliputi ketakutan jika ujung jalan itu sudah ditemukan, ternyata masih ada persimpangan di sana, itu akan membuat kita berpikir, jalan pertama yang kita ambil sudah salah, maka jalan yang selanjutnya pun akan tetap salah. Sementara untuk melangkah ke belakang, kembali ke titik awal dan mengambil jalan yang satunya lagi bukan pula hal yang mudah, waktu kita selama ini telah terbuang untuk hal yang tidak pernah kita inginkan? apakah kita harus benar-benar meninggalkannya dengan kembali ke jalan yang mungkin tepat itu?
Tiap orang memiliki pilihannya masing-masing, akan lebih baikkah hidupnya ataukah ia memilih untuk menghancurkan saja hidupnya.
Salah jalan itu banyak disebabkan oleh banyak hal, hanya ikut-ikutan teman, dipaksa orang lain, atau mungkin karena kecerobohan kita sendiri yang tak pernah mempertimbangkan secara matang-matang ketika bersikap mengambil suatu keputusan untuk diri kita sendiri ( tentu saja ini untuk diri kita sendiri, karena kitalah yang akan menjalaninya, bukan teman-temanmu, bukan pula keluargamu).
Aku mengenal beberapa orang yang hidupnya justru hancur berantakan ketika mereka menyadari jalan yang mereka ambil itu salah, dan pada akhirnya mereka memilih berjalan kembali ke belakang, bersusah payah, menghabiskan waktu untuk berjalan mundur dan menyiapkan diri melangkah ke jalan yang satunya lagi, tapi perjuangan mereka tidak sia-sia ternyata. Pilihan mereka untuk kembali, dan menentukan apa yang mereka inginkan itu benar, sekarang mereka bahagia menjalani kehidupan mereka.
Tapi itu bukan berarti setiap orang harus kembali berjalan mundur, ketika hidupnya tak sesuai dengan yang diinginkannya.
Kalau kata mary jane, “ waktu terus berpacu, takkan pernah bisa untuk menunggu, bila kau terdiam kau akan ditinggalkan.”
Aku, hampir tiga aku lewati, berjuang berjalan di jalan yang tak pernah aku inginkan, kadang aku berlari dan terus berlari, karena aku ingin segera menyelesaikan segalanya.
Aku tak perduli pada apa yang bisa aku dapatkan selama di perjalanan itu, aku hanya berlari melihat ke depan, tak menoleh ke samping sama sekali. Sempat beberapa kali aku berpikir, lebih baik aku berjalan mundur dan mengambil jalan yang aku inginkan, tapi otakku mencerna, “ kemana waktuku selama ini? semuanya sia-sia kalau aku harus berjalan mundur!”. Kemudian aku berpikir, “ Kenapa Allah tak mengambil saja nyawaku saat ini? aku tak sanggup untuk berjalan ke depan, namun aku juga tak mampu berjalan ke belakang. Aku tak ingin lagi hidup jika hanya untuk menjadi gadis lemah yang gagal. “, tapi lagi-lagi otakku mencerna, kematian hanya Dia yang berhak untuk menentukan, aku tak bisa memintanya. Kini berulang kali aku sudah sering terjatuh, pikiran-pikiran itu terus menghantuiku, namun kini aku mencoba mencari suatu pilihan baru yang harus aku jalani, “ Biarkan aku menjalani perjalananku yang hampir mencapai ujungnya ini, tapi jangan paksa aku untuk menoleh atau sekedar beristirahat bergabung dengan orang lain yang mengambil jalan yang sama denganku, ya karena aku tak mampu, aku hanya ingin menyelesaikannya sesegera mungkin supaya kemudian aku bisa memilih jalan yang memang aku inginkan, menjalani kehidupan yang akan membuatku bahagia, tak mengapa aku harus mengulangnya kembali dari nol, tak mengapa aku harus mulai mencari hidup untuk masa depanku pada usiaku yang ke-21, sedangkan orang lain sudah mencarinya di usianya yang ke-17. Aku tak keberatan, karena itu yang aku inginkan.
Aku yakin bahagia kelak ada untukku.

@ Tiwi : Hidup itu tak hanya tentang perjuangan, kita tak bisa hanya berjuang menjalaninya tanpa menentukan akan dibawa kemana hidup kita.
@ a Salman : Hidup itu bukan proses mencari kesempurnaan, kenapa? karena kesempurnaan itu hanya milik Allah, manusia tak berhak mendapatkan kesempurnaan tapi hanya merasakan mendekati kesempurnaan itu, hanya dengan merasakan bahwa Allah telah menganugerahkan kebahagiaan untuk kita, dan kita dapat mensyukuri segalanya. Tak perduli orang lain menilai cacat kehidupan kita, menilai kehidupan kita yang hanya begitu belumlah bahagia, yang penting kita sudah merasa bersyukur atas segalanya, itu artinya kita sudah mendekati apa yang menurut Allah sempurna.
a Salman benar tentang beberapa hal tentang kehidupan.
Dengan Cinta hidup menjadi indah.
Dengan Ilmu hidup menjadi mudah.
Dengan Agama hidup menjadi terarah.
Terimakasih untuk cinta a Salman yang sempat membuat hidupku menjadi indah, banyak pelajaran yang bisa aku petik dari hubungan kita yang akhirnya kandas juga..
Semoga aku bisa mendapatkan Ilmu yang akan membuat hidup aku menjadi lebih mudah.
Semoga Allah tetap mendekatkan aku pada-Nya, agar langkahku selalu terarah.
Semoga aku tetap akan tegar dalam menjalani kehidupan ini.
Semua orang pun semoga semakin tegar menjalani kehidupannya masing-masing.
Amin ya robbal alamin.

Dunia terdengar semakin keras, maka kita pun harus semakin kuat.

semangat :)

*nihaya*

2 komentar:

Aliefrahman mengatakan...

ther is a good words for you nim..: KAMU HARUS KUAT..SEMANGAT..

taje are positif from your life and try learn from mistake...keep smile.

let's go to road trip and eat..hahaha..:D

nihaya mengatakan...

haha.. makasih alief :)

Posting Komentar